RIAUERA.com - Menteri Sosial (Mensos) Saifullah Yusuf mulai belanja konsep untuk program Sekolah Rakyat (SR). Pada akhir pekan ini, ia mengunjungi beberapa satuan pendidikan di Jawa Tengah dan D.I Yogyakarta.
Ditemani Wakil Menteri Sosial (Wamensos) Agus Jabo Priyono, pria yang akrab disapa Gus Ipul itu mengunjungi SMA CT Arsa di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah dan Joglo Tani di Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Ia mengatakan, kunjungannya ini merupakan tindak lanjut arahan Presiden Prabowo Subianto untuk membangun sekolah rakyat yang diperuntukkan bagi anak-anak dari keluarga miskin ekstrem.
Karenanya, ia ingin mempelajari konsep-konsep sekolah yang nantinya bisa diterapkan dalam program Sekolah Rakyat. Salah satunya, seperti yang dijalankan CT Arsa Foundation selama ini.
“Niat kami memang belajar, melihat secara langsung dan mudah-mudahan dari sini kita akan bisa tindak lanjuti beberapa langkah konkretnya,” tuturnya di sela kunjungannya ke SMA CT Foundation Sabtu (18/1).
Dari kunjungannya, ia melihat, bahwa anak-anak di SMA CT Arsa tampak memiliki rasa percaya diri tinggi. Mereka juga penuh optimisme dan cita-cita besar. “Kalau semuanya lancar, dia akan jadi agen perubahan untuk keluarganya, untuk komunitasnya, untuk lingkungannya,” ungkapnya.
Konsep ini pun dinilai selaras dengan tujuan program Sekolah Rakyat. Menurutnya, saat ini, pihaknya juga terus berdiskusi dengan para pakar untuk mematangkan konsep sekolah rakyat itu sendiri. Termasuk dengan berbagai lembaga dan institusi yang memiliki kompetensi dan kewenangan di bidang pendidikan.
“Kami perlu berdiskusi dengan pihak-pihak yang kompeten, yang memahami betul dunia pendidikan seperti Prof Muhammad Nuh (Pembina SMA CT Arsa Foundation, red) ini,” ujarnya. Dia menargetkan, konsep sekolah rakyat bisa rampung secepatnya. Sehingga, implementasinya bisa dimulai tahun depan.
Si Miskin dan Si Kaya
Dalam kesempatan yang sama, Pembina SMA CT Arsa Foundation Mohammad Nuh turut mengamini terkait konsep pendidikan bermutu untuk memutus mata rantai kemiskinan. Karenanya, pembangunan sekolah rakyat bisa mengambil contoh dari SMA CT Foundation yang memiliki konsep serupa. Konsep ini kemudian dapat dikembangkan lebih lanjut dengan dengan mengawinkan apa-apa saja yang sudah dikonsep oleh Kemensos dan arahan Presiden Prabowo.
“Nah, di sini sudah terbukti. Tinggal kita replikasi, kita sesuaikan dengan kebijakan-kebijakan pemerintah yang sekarang ini,” tutur Mantan Menteri Pendidikan tersebut.
Selain mengunjungi SMA CT Arsa Foundation, Gus Ipul juga datang ke Joglo Tani. Di sini, terkenal dengan konsep pembelajaran untuk bertani dan beternak sejak 2008. Joglo Tani mengajarkan praktek ketahanan pangan lewat pemberdayaan.
“Jadi di sini (Joglo Tani), salah satu cara kita belajar mengenai praktik-praktik lapangan,” ungkap Gus Ipul.
Meski belum diputuskan soal kemungkinan sekolah rakyat akan mengadopsi kurikulum di Joglo Tani ini, namun ia memastikan Joglo Tani akan menjadi pertimbangan. Karena model pemberdayaannya yang mumpuni.
“Selain itu ketahanan pangan kan menjadi salah satu fokus kita. Apalagi untuk menciptakan atau melahirkan, menghadirkan petani milenial,” sambungnya.
Oleh sebab itu, kurikulum Joglo Tani bakal jadi pertimbangan. Nantinya, dalam pelaksanaan sekolah rakyat bisa dilengkapi dengan ekstrakurikuler atau tambahan kurikulum yang diantaranya bertani dan bercocok tanam.
Ia pun mengapresiasi pendiri Joglo Tani To Suprapto yang membangkitkan keinginan anak-anak muda agar gemar bertani. Sebab, Indonesia membutuhkan petani milenial muda yang inovatif dengan perkembangan sains dan teknologi.
Sementara itu, penggagas dan pembina Joglo Tani, To Suprapto mengatakan, Joglo Tani dimulai pada 2008 dengan tujuan ingin petani sejahtera dan bahagia.
Hingga saat ini, mereka sudah menyekolahkan 1.500 orang untuk menjadi sarjana di bidang pertanian dari Aceh hingga Papua.
“Kita cari support dan praktek di lapangan, sehingga jadi anak yang rasional berpikir ilmiah tapi baik di lapangan dan memiliki hasil,” jelasnya.
Joglo Tani sendiri memiliki pengalaman untuk memberdayakan masyarakat tidak mampu dengan manajemen ekonomi rumah tangga. Hasilnya pun cukup memuaskan.
Indeks penghasilan per orang paling besar sekitar Rp10 juta. Karenanya, ia pun membuka diri jika diminta untuk kolaborasi membangun kurikulum untuk Sekolah Rakyat.
“Apakah bisa menjadi referensi Kemensos, kami siap bantu kurikulum, kami siap kawal program,” pungkasnya.