PEKANBARU, RIAUERA.com - Angka prevalensi stunting di Kota Pekanbaru pada tahun 2025 ditargetkan kembali turun. Namun target turunnya tidak banyak hanya sekitar 0,5 persen.
Saat ini angka prevalensi stunting berkisar 8,7 persen. Angka ini jauh di bawah target nasional yakni 14 persen.
Pada tahun depan diprediksi angka prevalensi stunting bisa turun sekitar 0,5 persen. Tim Percepatan Penanganan Stunting (TPPS) Kota Pekanbaru menargetkan angka prevalensi stunting turun menjadi 8,2 persen.
"Kita upayakan angka prevalensi stunting bisa turun lagi," ulas Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Disdalduk) KB Pekanbaru, Muhammad Amin.
Amin menjelaskan bahwa dalam waktu dekat bakal berlangsung Studi Status Gizi Indonesia (SSGI). Ia mengaku siap mendukung pelaksanaan SSGI di Kota Pekanbaru.
Tim Percepatan Penanganan Stunting (TPPS) Kota Pekanbaru pun berupaya untuk menurunkan tingkat prevalensi stunting tahun depan. Ia menyebut bahwa tim berupaya agar kondisi bulan per bulan bisa menurun.
"Maka kita lakukan pembinaan dari hulu ke hilir, agar lebih kuat," ulasnya.
Mereka mengoptimalkan pendampingan sejak dari calon pengantin, ibu hamil, ibu nifas serta bayi dua tahun. Ia menyebut bahwa tim TPPS dari Disdalduk KB Pekanbaru kebanyakan dalam upaya perubahan prilaku.
"Kita juga coba lakukan terobosan bersama TPPS dalam upaya penanganan stunting, ada juga program bapak asuh anak stunting," ulasnya.
Dirinya mengatakan bahwa pendampingan tidak hanya lewat program bapak asuh anak stunting. Tapi ada juga pendampingan dari para kader posyandu.
Amin menilai bahwa pelayanan posyandu sudah menjadi layanan primer. Ia menyebut bahwa tidak cuma bayi yang berada di posyandu tapi juga ibu hamil.
"Tingkat kehadiran ibu hamil maupun ibu yang membawa bayinya memeriksakan kesehatan sudah cukup tinggi," ujarnya.