RIAUERA.com - Kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke China selama tiga hari pada 8-10 November 2024 telah membuahkan beberapa hasil konkret, terutama di bidang ekonomi, bisnis, hingga politik luar negeri.
Hasil kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke Tiongkok menghasilkan investasi senilai USD 10 miliar atau setara dengan sekitar Rp 157,64 triliun. Penandatanganan ini dilakukan dalam ajang Indonesia-China Business Forum 2024 di Beijing. Kerja sama itu dilakukan antar pelaku usaha dari kedua negara.
Para pengusaha menyepakati sejumlah perjanjian kerja sama yang sejalan dengan program prioritas pemerintah, antara lain di bidang ketahanan pangan, ketahanan energi, hilirisasi 26 komoditas utama dalam negeri, serta di bidang pemajuan sains dan teknologi.
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Arsjad Rasjid mengatakan, penandatanganan nota kesepahaman tersebut sangat penting.
Ia mengatakan, Kerja sama investasi ini bisa mendorong pembangunan infrastruktur dan energi hijau serta mewujudkan target pertumbuhan ekonomi yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo Subianto.
“Penandatanganan perjanjian investasi senilai lebih dari USD 10 miliar ini mencerminkan kemitraan strategis antara Indonesia dan Tiongkok. Sebagai mitra strategis pemerintah, Kadin mendukung untuk mewujudkan target pertumbuhan ekonomi,” kata Arsjad, Senin (11/11/2024).
Menurutnya, target pertumbuhan ekonomi yang telah dicanangkan oleh Presiden Prabowo Subianto sangat penting untuk menyongsong masa keemasan Indonesia pada 2045.
“Jadi saya sangat setuju dengan target pertumbuhan ekonomi pemerintah. Bagi Indonesia, Tiongkok sangat penting karena jika melihat perdagangan sebagai contoh, 25 persen perdagangan antara Indonesia dan negara lain, Tiongkok sekitar 25 persen dari itu, kan?” kata Arsjad.
Menurut Arsjad, tujuan Presiden Prabowo mempererat kerja sama dengan Tiongkok adalah menciptakan kemakmuran rakyat. Kerja sama ini bisa mendorong terwujudnya target pertumbuhan ekonomi nasional. Pertumbuhan tersebut harus berkeadilan dan dirasakan semua orang.
“Maka dengan itu, ekonomi sosial, bukan hanya ekonomi, tetapi juga secara sosial, penting. Jadi saya pikir penyelarasannya adalah untuk menciptakan hubungan ekonomi sosial antara Indonesia dan Tiongkok,” pungkas Arsjad.
Prabowo di China menegaskan bahwa kerja sama antara Indonesia-China dipastikan tidak mengubah sikap politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif.
Menurut Prabowo, Indonesia berkomitmen untuk tidak berpihak dan berkolaborasi dengan semua kekuatan di dunia. Presiden menambahkan Indonesia memandang China bukan hanya sebagai negara adikuasa, melainkan juga berperadaban besar.
“Saya melaksanakan pertemuan-pertemuan yang baik dengan Presiden anda dan pemerintahan Anda. Kita berkomitmen untuk melanjutkan langkah-langkah dari kolaborasi dan sinergi kita di berbagai sektor. Sektor pendidikan, bisnis, industri, kolaborasi antar pelaku usaha,” terang Prabowo.
“Dan kita sangat optimistis dan bullish untuk prospek ini, dan kita menilai bahwa kolaborasi antara kedua negara ini akan menjadi faktor untuk stabilkan dan menaikkan atmosfer kerja sama di kawasan,” sambungnya.
Prabowo melanjutkan bahwa secara keseluruhan kerja sama antara Indonesia-Tiongkok ini memberikan contoh ke dunia bahwa di era modern ini kolaborasi adalah jalan yang tepat ditempuh untuk mencapai perdamaian.
“Kolaborasi, bukan konfrontasi, adalah jalan untuk perdamaian. Indonesia sangat jelas, kita selalu non-align (tidak memihak). Kita selalu menghormati semua kekuatan besar di dunia,” ujar Prabowo.